Hari ini saya baca koran, setelah kegagalan Bulutangkis Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2012, sekarang ditambah lagi gagal di Olimpiade sehingga tambah terpuruk lah Bulutangkis Indonesia. Begitu juga dengan nama Pelatih China, Li Mao. Sepertinya kegagalan Indonesia tidak juara sama sekali itu semua atas kesalahannya. Kasian.. kasian.. kasian..
Saya sebagai istri Sony, yang pernah kenal dengan Li Mao sangat heran kenapa semua mengkambing hitamkan dia. Apa salahnya?? kali ini saya pengen bercerita tentang keberadaan Li Mao untuk Sony. Tentunya saya tidak akan membahas masalah tehnis tentang kepelatihan, saya hanya akan membahas tentang bagaimana Li Mao sangat perhatian pada atlitnya baik Sony maupun atlit tunggal putra junior lainnya.
Klo tidak salah bulan Pebruari tahun 2011, Li Mao datang ke PBSI bersama shinshe. Pulang dari latihan Sony cerita kepada saya, "yang, tadi pas ditempat pijet, aku ketemu sama pelatih cina, dia ngga bisa bahasa Indonesia tapi ada penerjemahnya, katanya dia optimis cedera pinggangku bisa sembuh. Rasanya klo ada yang kasih omomngan seperti itu, aku jadi semangat lagi untuk prestasi". Dalam hati saya "alhamdulillah suamiku semangat lagi, kali ini ada orang yang jamin cedera suamiku bisa sembuh". Yaa.. sebagaimana semua tahu klo Sony sedang cedera pinggang mulai Agustus 2010.
Sebelumnya memang kami usaha sendiri untuk menyembuhkan cedera. Suami saya pernah bilang "kenapa saat aku sakit seperti ini tidak ada yang perhatian sama aku. jangankan di temani berobat atau di kasih tahu pengobatan mana yang bagus, ditanya tentang kondisiku aja ngga ada yang nanya". sungguh waktu itu posisi kami sedang terpuruk. di tengah pesimisme tentang cedera itu, ternyata PBSI mendatangkan pelatih dan shinse yang sangat hebat dari Cina. Kali ini saya mau bilang Terima kasih pada PBSI yang telah mendatangkan Li Mao dan khususnya Shinse. Kenapa saya berterima kasih?? ini ceritanya.
Saat itu saya sedang hamil besar, Sony tidak bisa latihan maksimal, jadi yang kami fokuskan hanya penyembuhan. Shinse telah bergabung di PBSI, jadi pengobatan akan dilakukan oleh shinse. Setiap Sony berobat ke Shinse, saya selalu menemani. Mungkin semua pada heran, kenapa sih ini istri Sony ikut terus berobatlah, latihanlah, pertandinganlah.. mungkin ada yang sebel juga liat saya ada di sebelah Sony terus. Saya ikut karena saya sangat cinta pada suami saya, dia selalu mengajak saya kemanapun dia pergi. Saat semua orang sudah meremehkan, Sony tidak bisa berprestasi lagi, maka saya yang harus kasih semangat dan perhatian ke dia. Pernah saya tanya sama Sony "yang, apa ngga malu klo kerja diikuti istri terus?", Sony jawab "ngga yang, aku malah bahagia di temani istriku, itu berarti istriku mendukung penuh kerjaanku". hehehe happy.. happy.. Terima kasih sayang.. Love U
Setiap berobat ke Shinse, Sony selalu di temani saya, Li Mao dan penerjemah. Menurut saya Li mao sangat setia menemani Sony. Sebetulnya Keberadaan pelatih selama mengikuti pengobatan atlitnya juga berguna untuk pelatih sendiri, karena dengan menemani pengobatan jadi dia tahu besok atlitnya bisa dilatih keras atau enteng atau tidak boleh latihan sama sekali untuk memaksimalkan pengobatan. Pernah suatu kali karena Sony kesakitan di tusuk jarum ama shinse, Li Mao memegangi daun telinga Sony, supaya rasa sakitnya berkurang. Hati saya terenyuh lihatnya, bagi Sony, Li Mao hanyalah pelatih dari negeri seberang tapi ketika moment seperti itu dia bisa menjadi bapak. Kira2 di Indonesia ada ngga ya pelatih yang bisa jadi bapak, kakak dan teman seperti itu?
Oia saya ingat, dulu waktu masih belum ada shinse Sony pijet di Pelatnas dan dia bilang "yang, tadi aku pijet, sebelahku ada Tontowi Ahmad (atlit ganda campuran) sedang pijet juga. enak banget ya dia pijet di temanin ka' Ricard (pelatih). terus ka' Ricard nanya ke Pak Acek (ahli pijet di PBSI) "gimana pak, Tontowi bisa dilatih keras ngga?", lha kok aku ngga ada yang nanyain". Sungguh sedih dengar kata-katanya, sabar ya sayang, kita harus bisa mandiri sendiri, kondisinya memang seperti ini kita harus kuat. Kebanyakan atlit yang ada di Pelatnas jauh dari orang tua, mulai kecil hidup mereka untuk latihan dan berprestasi. setiap hari yang mereka lakukan hanya latihan latihan dan latihan, otomatis orang yang mereka temui setiap hari adalah pelatih. Oleh karena itu mereka tidak hanya butuh pelatih tapi juga butuh sosok seorang bapak sebagai pengganti orang tua. Suami saya bukan sosok yang manja, tapi entah karena cedera dan prestasi turun dia jadi sangat sensitif. Tapi ini ada benarnya juga, jadi besok2 klo Sony jadi pelatih harus perhatian ama atlitnya didalam atau diluar lapangan.
Li Mao sebenarnya orang yang sangat humoris dan baik, cuma karena dia ngga bisa bahasa Indonesia aja jadi sepertinya komunikasi terputus. memang kadang dia cuek tapi menurut saya bukan karena dia sombong tapi ya karena ngga bisa bahasa Indonesia itu tadi. Saya dan Divya sering ke PBSI untuk lihat latihan. Selama saya di sana Li Mao selalu menyambut baik kami. berkat Divya dia jadi lebih ramah dan lebih lucu dari sebelumnya, kadang gayanya bikin kami tertawa. Selama latihan Li Mao juga sangat perhatian dengan Sony, dia memberi Sony ilmu dan trik2 baru yang sebelumnya selama puluhan tahun jadi atlit baru kali ini Sony dapat pengetahuan seperti itu. Li Mao menyarankan Sony untuk lebih efisien dalam permainan baik gerakan maupun pukulan. Memang selama Li Mao ngelatih jarang sekali dia ngasih latihan fisik, mungkin bagi dia latihan tehnik di lapangan juga sudah menguras fisik. Tapi namanya atlit Indonesia yang mulai dari kecil sudah terbiasa latihan fisik, sekarang jadi tidak pernah latihan sama sekali rasanya seperti makan tanpa nasi. Orang Indonesia belum bisa di bilang makan, klo belum makan nasi ya kaaannn...
Jam latihan pun setiap anak tunggal putra di kasih privat latihan malam. Selama saya menjadi istri Sony sejak tahun 2009, baru kali ini ada pelatih tunggal yang memberi latihan privat di malam harii, bahkan satu anak satu jam setiap malam. Memang ada pelatih lain yang menambah jam latihan yaitu anak ganda campuran yang dilatih Ka' Ricard. Saya dan Sony pernah membicarakan Ka' Ricard, menurut kami dia adalah pelatih yang hebat, bisa menghasilkan seorang juara, Semangatnya luar biasa. setiap hari datang ke PBSI pagi buta naik mobil jeep dan ditambah suara audio. dia juga disiplin untuk kemajuan anak buahnya.
Awalnya memang Sony tidak bisa menerima teori yang diberikan Li mao, katanya ngga cocok, "aku bulutangkis sudah mulai kecil dan kebiasaan2ku ngga bisa di rubah lagi". Tapi setelah setahun saya lihat gaya permainan Sony mulai berubah. Dia lebih efisien tidak gerubak berubuk seperti dahulu. kurang dari 1,5 tahun Sony mulai mengakui, klo atlitnya cerdas ngerti apa yang Li Mao intruksikan dan praktekin rasanya ilmunya bagus dan tingkat tinggi. Hasilnya alhamdulillah Sony bisa juara di Thailad 2012 kemaren. Apalagi sebagai atlit yang pernah cedera, teori yang diberi Li Mao ada benarnya. Coba tanyakan sama atlit tunggal putra lainnya, apa ada perubahan permainan mereka setelah di latih Li Mao??
Selain Li Mao, orang yang berperan penting adalah Shinse, maaf saya lupa namanya, pokoknya saya panggil Taifu. dia shinse hebat, tanpa di beri tahu bagian mana yang sakit dia sudah tahu dengan sendirinya. Sepertinya hanya dengan melihat saja dia bisa tahu keluhan sakit seseorang. Taifu juga orang yang ramah dan baik. Dia malah lebih sering kasih Sony masukkan dan wejangan untuk pertandingan. Saya yang bukan atlet aja sangat nyaman dengan dia. pernah waktu Sony belum juara dia bilang "Sony sekarang tidak dilihat orang, dia ibarat berlian cuma sekarang masih kotor, nanti klo di gosok dengan bagus di akan menjadi berlian yang paling bersinar". Amiiiiinnnn......
Jangan di tanya bagaimana rasanya di obatin Shinse, klo pengen tau rasanya saaaakiiiiiiittttttt.... tapi sembuh. kesembuhan Sony salah satunya berkat Shinse. Sony sangat rajin berobat ke rumahnya. Biasanya saya dan Divya ikut nemanin Sony. alhamdulillah Shinse juga sayang sama Divya. Shinse itu orang yang sangat rapi dan bersih, tapi klo Divya datang rumahnya jadi kotor. Untungya kami ngga pernah diusir hahahaha..... Setelah Sony juara Thailand Grand Prix 2012 kemaren, saya berterima kasih pada shinse karen berkat bantuannya dan Li Mao, Sony bisa sembuh. Tapi Shinse malah marahin saya, dia bilang "belum saatnya kamu terima kasih pada saya, ini belum apa2. perjalananmu masih panjang". Oyyaaa.. ternyata dia ngga pamrih, hebaaat ya..
Entah kenapa tiba2 Li Mao mengundurkan diri dari pelatnas. Jujur saja saya sedih, merasa kehilangan. kenapa di saat Sony akan menanjak prestasinya dia malah pergi. Padahal Sony pernah berjanji "aku akan mempersembahkan juara untuk Li mao, Shinse, Wong Tat Meng dan Emil (si penerjemah)". Kenapa mereka pergi, setelah ini sapa yang akan cocok ngelatih Sony?? Menurut saya, sebaiknya pengurus komunikasi pada atlit, tanya satu2 persatu jika ingin mengambil kebijakan yang berhubungan dengan atlit, karena atlit yang merasakan dampaknya langsung. Kalau situasi dan program latihan kurang menyenangkan, bagaimana mereka bisa meningkatkan kualitas?? datang kelapangan aja uda ogah apalagi ningkatin latihan. Yang kita bangun dari atlit itu semangatnya, bagaimana mereka enjoy di lapangan, jadi seluruh program bisa dijalankan maksimal.